Pulau Solor Budaya Leluhur yang Tak Lekang Oleh Waktu
Pulau Solor adalah satu di antara beberapa pulau di Nusa Tenggara Timur. Namanya memang belum dikenal oleh wisatawan dunia seperti halnya, Pulau Komodo dan Labuan Bajo. Tetapi, keindahan Pantai Riangsunge yang menjadi andalan wisatanya, tidak kalah menakjubkan. Apalagi, masyarakatnya masih menjunjung tinggi adat istiadat.
Warisan dari leluhur, sampai saat ini masih mereka lestarikan dengan baik. Seperti, upacara untuk menyambut musim panen atau tanam. Ada beberapa tarian menyambut hari raya IdulAdha dan IdulFitri. Atau juga makanan khas masyarakat Solor, berbahan dasar dari jagung berasal dari resep turun-temurun.
Dalam sejarahnya, Pulau ini menjadi awal masuknya ajaran agama islam yang dibawa oleh para pedagang. Pada tahun 1511, kawasan ini dulunya terkenal dengan Cendana yang baunya sangat harum. Ada juga belerang yang punya harga jual tinggi di Eropa.
Tidak heran bila negara seperti, Belanda, Portugis, Arab, serta China datang untuk mendapatkannya. Hingga akhirnya, mereka pun melakukan penjarahan, tidak hanya di pesisir saja. Tetapi, sudah masuk ke gunung dan pedalaman desa, sampai saat ini keberadaan Cendana khas Pulau Solor sudah habis.
Tarian Dana Dani Pa’a Ma’a
Ada berbagai macam tarian adat yang bisa kamu nikmati di sini. Salah satunya adalah Dana Dani Pa’a Ma’a. Terdiri dari 4 orang pria dan wanita, diiringi musik gambus, rebana serta biola. Di Desa Lohayong, para penari diwajibkan menggunakan kain adat berupa kain tenun.
Dalam tariannya terdiri dari beberapa gerakan dengan berbagai makna berbeda-beda. Ada Saket Tanah (Penggemburan tanah, agar tidak tidak kaku saat disiram air laut). Rerra Tanah (Setelah digemburkan, dan dituang ke tenapis, alat yang cara buatnya dari bahan daun lontar).
Selanjutnya, leppe tanah (Tenapis diberi penghalang, agar saat air laut masuk, tidak tumpah kemana-mana). Dokke Tanah (Tunggu selama 3 jam, kemudian angkat dari tenapis di buang agar bisa digunakan untuk daur ulang). Menurut kepala suku, tarian ini dulu diciptakan pada tahun 1983.
Diciptakan oleh seorang Putra Pulau Solor, terinspirasi dari ibu-ibu sekitar yang dulunya bermata pencaharian sebagai petani garam, Sehingga, tarian adat ini bercerita bagaimana proses membuat garam, Kemudian, mereka menjualnya dan hasil panen tersebut untuk anak-anak bersekolah. Serta penggambaran tentang perjuangan orang tua untuk anaknya.
Upacara Adat Lepa Bura Kabarek Na’en
Setelah dari Desa Lohayong, kamu harus pergi ke Desa Sulengwaseng. Di sini, ada upacara adat Lepa Bura Kabarek Na’en. Merupakan upacara adat yang diadakan sebagai wujud rasa syukur kepada atas hasil panen. Pada tahap pertama, yaitu masa pantangan. Semua gadis dilarang makan makanan yang tumbuh saat musim hujan.
Dimulai sejak pertama kali datang hujan. Konon, mendatangkan banyak bekah, seperti panen berlimpah serta tidak adanya hama. Bila melanggar, hasil panen tidak melimpah dan terserang hama. Hal ini pun pernah terjadi pada tahun 1998. Selanjutnya, Bu’a Kabarek na’en yaitu gadis Pulau Solor ini akan disuguhkan makanan berupa beras ikan, kering dan santan kelapa.
Diadakan pada hari kedua hari raya Paskah. Tahap kedua, mereka akan melakukan tari-tarian serta beberapa syair adat. Penari dan pemusik berjumlah 2 orang. Untuk para pemusik ditugaskan memukul gong dan gendang diadakan di Namang, tempat berkumpulnya warga Lamalohot pada pukul 7 pagi.
Tahap terakhir, pada pukul 5 sore, seluruh warga akan memasak sirih pinang dan jagung solot. Sirih pinang dan jagung solot digunakan untuk upacara rekan uwa. Pada sore harinya, mereka serta para peserta memakannya. Makanan inilah sebagai tanda bahwa rangkaian upacara telah usai dan mereka berhasil melaksanakannya dengan baik.
Cara Menuju Pulau Solor
Bukti, bahwa islam pertama masuk ke kawasan ini adalah hadirnya Masjid Al-Ijtihad yang terletak di Desa Lamakera, Ujung Timur Pulau. Tidak hanya soal keindahan masjidnya saja, yang menghadap langsung ke laut. Tetapi, penduduknya dikenal dengan pemburu ikan paus dan masih dilestarikan sampai sekarang.
Keindahan lain dari desa ini adalah dunia bawah lautnya, banyak ikan seperti hiu, paus, lumba-lumba hingga pari manta bisa kamu lihat di sini. Terumbu karangnya juga bagus, terlihat terawat dengan baik. Perlu perjuangan untuk bisa mencapai tempat ini. Satu-satunya cara menuju ke sini adalah melalui transportasi udara terlebih dahulu ke Flores.
Kemudian, menggunakan transportasi laut. Ada beberapa pulau dengan pemandangan lautnya sangat menakjubkan. Kamu harus datang walau hanya sekali saja. Nusa Tenggara Timur memang masih menyimpan berbagai macam keindahan kelas dunia.
Panorama alam, adat istiadat, budaya, aneka kuliner, serta keramahan penduduknya sayang bila hanya dilihat atau dibaca saja. Setidaknya, kamu harus datang dan menikmati semua keindahannya, terutama di Pulau Solor.
Post a Comment for "Pulau Solor Budaya Leluhur yang Tak Lekang Oleh Waktu"
Post a Comment
Mohon berkomentar sesuai topik!